Hal ini lah yang di alami Farida Ariyani, sang pemilik Vanssa Chocolate (Vanssa) ini memulai bisnis produk olahan coklat karena sudah kenyang menimba pengalaman dari nenek dan ibunya dalam hal membuat produk olahan coklat.
Nama Vanssa kini kian mantap menjadi salah satu produk kemasan coklat lokal yang di perhitungkan di pasar dalam negeri. Padahal awalnya Vanssa harus bersusah payah menembus pasar karena bersaing ketat dengan produk-produk coklat Import.
Farida mengaku mesti mendapat warisan pengetahuan membuat coklat dari orang tuanya, ia tak puas begitu saja, ia memutuskan menggali ilmu cara membuat secara modern di pusat penelitian kakao dan coklat di Jember, jawa timur.
" Saya terus melakukan inovasi produk, sampai tahun 2001 lalu saya perkenalkan merk Vanssa," katanya.
Produk Vanssa yang ia produksi awalnya tak mudah menembus pasar ritel modern. Ia coba perkenalkan produknya mulai dari teman-temannya hingga ke toko-toko kecil di sekitar rumahnya.
Sebagai generasi terdidik, Farida juga sadar bahwa produk coklatnya memiliki karakter khas, sehingga ia harus bersusah payah mengurus hak paten, sertifikasi halal dan lain-lain demi kelangsungan bisnis coklatnya.
"Saya punya prinsip terus berjuang mencari dan mencari, tak lelah-lelahnya belajar, bagaimana produk kita percaya diri, bukan saya tapi produknya yang percaya diri," katanya.
Kini Vanssa sudah tersebar ke beberapa pasar lokal seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Jakarta, Yogyakarta, Kendali, Batam, Bali Balikpapan. Bahkan produk Vanssa sudah menembus pasar eksport di Jeddah sebagai oleh-oleh biro perjalanan Haji.
Farida menambahkan membuat produk coklat memerlukan edukasi ke pasar. Selama ini coklat dituding sebagai biangkeladi untuk urusan menambah berat badan dan pembuat lubang di gigi. Untuk urusan ini, Farida sangat konsen dalam menentukan komposisi bahan baku seperti penggunaan lemak sehat yang tidak menimbulkan kolesterol. Selain itu, ia menggunakan gula khusus sehingga aman bagi penderita diabetes dan siapa saja.
Vanssa dikemas dengan satuan kemasan kecil-kecil sehingga produk coklat aman dari kontaminasi udara atau unsur lainnya yang bisa membuat coklat rusak. Ia optimis, menggembangkan bisnis coklat sangat lah menjanjikan, apalagi dengan pendekatan inovasi.
Sebagai produk coklat asli lokal, Farida mengatakan Vanssa sempat dipandang sebelah mata. Banyak masyarakat memandang produk coklat Import lebih bagus dari produk coklat lokal, padahal yang terpenting adalah kualitas dan rasa.
Menurutnya, coklat buatannya mampu bersaing dengan coklat import yang sudah banyak beredar di pasar, untuk harga ia berani jamin produk coklat olahan lokal bisa bersaing, misalnya dijual mulai dari Rp. 6.500,- sampai Rp. 40.000.
Dan diakuinya," Segmen produk coklat memang segmen market modern, menengah keatas, kalau pasar tradisional nggak laku dari segi harganya."
Farida Juga membuka kesempatan ber mitra dengan siapapun yang ingin sukses menggeluti bisnis coklat, termasuk dalam hal pemasaran dan suplai bahan baku. Kini bisnis coklatnya terus tumbuh hingga 10-20% setiap bulannya atau Omzet rata-rata Rp 100-500 juta per bulannya.
Vanssa Chocolate
Email: farida_ariyani12@yahoo.co.id
Bravo Coklat asli Indonesia
Sumber dari DetikFinance by Suhendra
Komentar