Satelit Telkom 3S sukses diluncurkan dari Bandar Antariksa Guyana di Kourou, Guyana-Perancis, Rabu (15/2/2016) pagi waktu Jakarta.
Satelit ini akan digunakan untuk meningkatkan kualitas jaringan komunikasi di Indonesia dan sekitarnya.
Satelit Telkom 3S dirakit oleh perusahaan Thales Alenia Space Prancis. Perusahaan yang telah berkiprah selama lebih dari 40 tahun di bidang manufaktur teknologi luar angkasa ini ditunjuk oleh Telkom pada 2014 untuk mendesain, menguji, dan meluncurkan satelit tersebut.
Telkom 3S merupakan satelit komunikasi geostasioner yang akan ditempatkan pada posisi di atas equator dan bergerak mengelilingi Bumi dengan lintasan berbentuk lingkaran yang memiliki sumbu rotasi sama dengan Bumi. Satelit akan berada di posisi 118 bujur timur atau tepatnya di atas pulau Kalimantan, pada ketinggian sekitar 35.000 dari Bumi.
Telkom 3S adalah satelit ke-18 dari Indonesia sejak satelit Palapa A1 diluncurkan pada 9 Juli 1976. Telkom 3S jadi satelit ke-9 milik PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom). Jika beroperasi April nanti, PT Telkom mengoperasikan tiga satelit sekaligus, yaitu Telkom 1, Telkom 2, dan Telkom 3S.
Telkom 3S akan ditempatkan di orbit geostasioner pada ketinggian 35.736 kilometer di atas khatulistiwa Bumi, pada 118 derajat Bujur Timur (BT) atau di atas Selat Makassar. Sejak 2005, kapling itu ditempati satelit Telkom 2. Selanjutnya, Telkom 2 akan digeser ke posisi baru di timur Indonesia di atas Samudra Pasifik.
Satelit ini dilengkapi dengan total 42 transponder, yang terdiri dari 24 transponder C-Band untuk wilayah Asia Tenggara, 8 sambungan transponder C-Band untuk wilayah Indonesia, Kalimantan Utara, dan Papua Nugini, serta 10 transponder Ku-Band untuk wilayah Indonesia.
Teknologi pita frekuensi C-Band cocok dimanfaatkan di Indonesia untuk menghadapi cuaca buruk. C-Band bisa digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan kecepatan data tinggi, seperti mesin ATM. Sementara pita frekuensi Ku-Band, yang lebih rentan terhadap gangguan cuaca, dipakai untuk kebutuhan siaran televisi, telepon, dan komunikasi bisnis.
Dengan bobot 3,5 ton dan daya elektrik 7,8 kilo watt, Telkom 3S memiliki masa aktif 15 tahun untuk mengorbit di atas Bumi.
Untuk meluncurkannya ke luar angkasa, Telkom 3S akan ditempatkan di dalam roket Ariane 5 ECA VA235 milik perusahaan peluncur satelit Arianespace.
Di masa lalu, satelit harus berputar bak gasing agar stabil. Pola pergerakan itu membuat bentuk satelit selalu tabung dan antena berada di kepala satelit. Repotnya, bentuk tabung membuat dimensi satelit terbatas sehingga daya muat satelit lebih terbatas. "Sejak 1990-an mulai dikenalkan bentuk satelit kotak," kata Dani.
Satelit tak lagi berputar karena yang berputar adalah komponen kecil dalam satelit. Dimensi lebih besar membuat kapasitas satelit membesar dan banyak perangkat elektronik bisa dibawa. Bentuk itu membuat antena tak hanya bisa dipasang di kepala, tetapi juga di sisi timur dan barat satelit. Di sisi utara-selatan ada panel surya.
Selain menjangkau seluruh wilayah Indonesia, satelit Telkom 3S juga menjangkau seluruh wilayah Asia Tenggara dan sebagian Asia Timur.
Satelit Telkom 3S ini juga didesain untuk melayani siaran televisi berkualitas tinggi (High-Definition Television), komunikasi seluler, sampai broadband internet. Selain itu, Telkom 3S juga diklaim dapat meningkatkan layanan bit-rate sehingga menghasilkan komunikasi yang lebih baik.
Sebagai negara kepulauan dengan keadaan geografis yang unik, yaitu ribuan pulau dan pegunungan, Indonesia sulit dijangkau oleh sistem komunikasi terrestrial juga serat optik. Atas pertimbangan itu, Telkom Indonesia menjadikan sistem komunikasi satelit sebagai solusi untuk menjangkau segala area di Tanah Air.
Dasar pertimbangan peluncuran satelit Telkom 3S juga dikarenakan meningkatnya kebutuhan transponder di Asia Tenggara, yaitu 3,5 persen per tahun. Menurut Telkom, kebutuhan transponder nasional jumlahnya mencapai 300, sementara saat ini baru ada 132 buah.
Namun, tantangan terbesar Indonesia adalah mampu membuat satelit secara mandiri. Meski sudah 18 satelit telekomunikasi dimiliki Indonesia, semuanya dibeli dari negara lain. Padahal, kebutuhan satelit Indonesia terus bertambah. Teknologi satelit bersifat terbuka, bisa dikuasai negara mana pun, tak setertutup teknologi roket.
Kita tunggu ya, Satelit buatan Anak Bangsa.
Terima-kasih utk Materi dan photo yg penulis upload disini, tyujuan nya hanya untuk #Berbagi
Komentar